Koleksi Sajak-Sajak Patriotik Oleh Penulis Terkenal Sebelum & Selepas Merdeka
Assalamualaikum dan Salam Sejahtera,
Alhamdulillah kita sudah berada di dalam bulan Ogos, bulan yang mengembalikan darah-darah patriotisme rakyat Malaysia yang sering tenggelam timbul kehkehkeh.. Blog ini juga mengambil kesempatan memeriahkan suasana kemerdekaan dengan mengumpulkan sajak-sajak kemerdekaan atau sajak patriotisme yang telah ditulis oleh penulis-penulis terkenal seperti Allahyarham Dato' Usman Awang, Datuk A.Samad Said, Datu Dr Adi Badiozaman Tuah dan ramai lagi.
SAJAK SEBELUM KEMERDEKAAN
Damai (Tanahairku Dan Dunia)
Usman Awang
Sisa hidup ini hendak kita pelihara
juga tanah, pohon dan buah-buah
juga tulang, daging dan darah
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
Tapi tanah kami sudah kerecikan api
lama bermula, tidak hilang sampai kini
dan meski tawaran damai sudah diberi
orang masih tidak peduli!
Pohon getah dan tanah mengandung bijih
rebutan manusia daerah asing
kita gali kubur dan masuk berdiam di dalamnya!
Damai - seruan dan tawaran
damai - untuk tanahairku dan kemerdekaan
damai - untuk dunia dan kesejahteraan!
Mastika, Ogos 1955.
Malaya Pasti Merdeka
Affrini Adham
Keseluruhan dari keadaan dan kenyataan
keseluruhan dari kesanggupan dan kebenaran
keseluruhan dari kemungkinan dan kepastian
perpaduan - pendirian - pengorbanan dan perjuangan
-telah benar-benar membangunkan kepercayaan
-telah benar-benar menimbulkan harapan
"Bahawa kemerdekaan yang sekian lama kita perjuangkan
telah dekat - mendekati kita
telah tegas dan nyata
terbayang di hadapan mata
Malaya! Pasti merdeka".
Kita pasti merdeka!
Kita adalah manusia berbangsa dan bernegara!
Kita bukan boneka!
Kita pasti merdeka
di atas "hak pertuanan" kita
selaras dengan kemerdekaan di mana-mana
sebagai manusia-manusia lain yang berbangsa dan punya negara
Malaya pasti merdeka -
di atas keseluruhan - hak-hak kenegaraannya.
1955
Pada Tanah Yang Indah
A. Samad Said
Dalam mata yang bersih merayap cahaya jernih
aku sama menagih kemerdekaan kekasih,
dalam dada yang mesra tenang telaga cinta
aku janji setia membela tanah pusaka.
Kira ribut mendurja mengancam tanah yang indah
setapak tiada kurela untuk melutut kecewa,
biar peluru selaksa mendendam liar mangsanya
untuk kekasih pusaka hatiku tetap rela.
Dalam lari berlari berbaja kasih di hati
azam besi berumbi: melebur penjajah di bumi!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam terpendam
aku terlalu merindu fajar cemerlang menjelang.
Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh
beri janji yang teguh hingga badanku luluh!
1956
Pertama Dan Terakhir
A. Samad Said
Jauh kita berjalan
mendukung semua kepercayaan
pertama dan terakhir
sekarang kita sampai
ke puncak tiada tercapai
keazaman pantang cair
Kita bersua hati
mengisi setiap janji
pertama dan terakhir
tiada hari kiranya
hingga bernanah dada
sumpah tiada termungkir
Gemuruh kita bersorak
bumi dan langit retak
pertama dan terakhir
berani kita bergerak
darah dan daging serentak
hingga ke saat akhir
padu kita berhasrat
hingga bumi kiamat
pertama dan terakhir
kuat jantung berdetak
untuk berpaling tidak
biar di gelegak air
Rela kita mengangkat
cita bangsa berdaulat
ke puncak murni berukir!
Mastika, April 1957.
Di Telapak Ibu
Thaharuddin Ahmad
Ibu, bukakan rongga kalbu bonda
luangkan tempat bisikan anakanda
yang tetap bergelora dalam sukma
rasa tak kuasa menahan lama.
Masih terbayang ibu terikat
dirantai dibelenggu oleh si Barat
hendak membebaskan dah terniat
tapi, apakan daya tiada sempat.
Kedatangan perkasa suruhan Tuhan
ibu terbebas dari genggaman
beta melompatlah mara ke hadapan
dengan tujuan hendak berkorban.
Di telapak tangan ibu gerangan syurga
tapi hairan putera umpama beta
masih ada yang lengah dan terlupa
bahawa bondakan masih belum berdaya.
Dah datang masanya wahai putera
mengabdi menjunjung titah bonda
supaya dia jangan kecewa
menunggu kita setiap masa.
Kalau tak kita yang berusaha
ibu pertiwi tak akan jaya
dalam lingkungan Asia Raya
menuju kemakmuran bersama.
Semangat Asia, Bil. 5, Mei 1943.
SAJAK SELEPAS KEMERDEKAAN
Pintaku Padamu
Dharmawijaya
Kalau esok kasih kita 'kan hancur jua
usah ditaburi bumi ini dengan air mata
dunia bukan semata milik orang bercinta
hidup jua bukan semata untuk berlagu kecewa.
di bawah sinar mentari pagi demikian jernihnya
hayunkan gagah langkahmu sepenuh khidmat
usapi kesetiaan hati seluruh umat.
Kalau esok jua hidup dijenguk kematian
usah ditangisi sepinya tanah kelahiran
nyanyikan lagu perindu ke wajah Tuhan
tanda hatimusetia dalam usia pengembaraan.
tau-taulah di bintang satu
di hari hidup kita mengejar bahagia dalam sengsara
di hari mati kita mengira pahala dalam dosa.
1963
Sumpah Anak Watan
Adi Badiozaman Tuah
Kawan
buat kesekian kalinya
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
bersama bulan bintang
ke gunung kita
ke hutan bersama
kita patah duri beracun
terlalu lama menusuk daging
dan kalian di hutan
ketagih pada kibaran bendera merah
ayuh! putar haluan
kembali ke pangkal jalan
anak peribumi
kira berdegilbatu hatinya
buat kesekian kali
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
kita bakar mereka
bersama
api yang mereka nyala sendiri
Tatau 73
Di Sini Di Tanah Ini
Zam Ismail
Di bumi inilah
tiada lain
nasi dan lauknya
sawah ladang segenggam
menjadilah gegunung perak.
Bukankah tanah ini
sawah ladang ini
yang memberikan nafas
dan anak-anakmu yang menginjak
memamah lumat daging tulang
tanah sejengkal ini
kasihmu masih berbelah
hatimu di bumi lain
asing bagai ikan-ikan di gurun.
Mengucaplah mereka yang wajar mengucap
dengan dua bibir hatimu sendiri
di sinilah udara yang kau hirup
usahlah hembuskan kembali
dengan racun yang berbisa
membunuh pucuk yang baru bertunas
menginjak dahi para wali
yang kepadanya kauberikan kepercayaan.
Tiada kematian yang lebih nikmat
dari mengasihi tanah keramat ini
1975
Tanyalah Diri
Maarof Saad
Tika melewati A Famosa
tergamit sejarah masa lalu
masa keris dan berdaulatan
tak dapat membenteng kemaraan
orang-orang Portugis
dengan kepala ilmu baru
menghujani kota Melaka dengan peluru
dan memaksa sultan lari ke hulu.
Tahun 1511 telah mengajar kita
hulubalang berilmu kebal
tak dapat membendung perpaduan
semangat keperwiraan yang kental
dicairkan oleh pemimpin
yang gelap mata dan fikir
fitnah dan rasuah
sudah terasuk jiwa
sedang Tuah dihukum bunuh
dan Jebat lebih sedia mabukkan darah
hampir 500 tahun sudah berlalu
Portugis, Belanda dan Inggeris
tidak betah lagi bermain untung
tentang gold, gospel dan glory
Melaka sudah lebih 30 tahun mengenal
nilai kemerdekaan.
Akan bangkitkah semangat Tuah
akan terbelakah setiakawan Jebat
atau akan datang lagi
ilmu yang lebih baru
untuk merundukkan rantau
yang cintakan keamanan?
Tanyalah diri
tanyalah hati
sebelum kita dikalahkan lagi!
Bandar Hilir, 25 Disember
Dewan Sastera, Mac 1988
Bapaku Seorang YB
Pyanhabib Rahman (kehkehkeh..)
Bapaku seorang YB di negara demokrasi,
joget dan zapin dia tahu menari,
hari-hari meeting hari-hari outstation sampai pagi,
konon menghargai kesetiaan para pengundi
yang menilainya di pilihanraya
di atas pentas di hadapan rakyat,
orang-orang kampung jauh terpencil
lidah bapaku petah bersilat,
uratnya tegang, matanya terjegil,
bapaku pakar pintar teori,
mulut berbuih mata melilau,
bersembur serapah segala jampi,
orang-orang kampung batunya hijau
Kisah sejarah dan hadis nabi
jadi hafalan bapaku bistari
rakyat marhaen ditabur janji
tiada siapa tahu bapaku gaji bermata dua,
sondol sana sondol sini,
dia main tutup mata,
orang-orang kampung terlopong,
melihat dengan mata terbuka.
Bapaku YB di negara demokrasi,
aku anak bertuah tidak pernah mengundi
diajarnya aku berotak pintar,
untuk hidup mesti terlebih ajar,
oh alangkah bertuah aku anak bapa
Bapaku YB aku penyangak,
masing-masing putar belit,
masing-masing pintar teori
masing-masing isi tembolok dan perut sendiri,
bapaku YB di negara demokrasi,
jadi YB tak habis-habis berkelahi,
bapaku YB di negara demokrasi,
di parlimen tidak habis-habis kena maki.
Balada Pyanhabib, 2012
Untuk pengetahuan pembaca, amat sukar untuk mendapatkan sajak-sajak yang ditulis oleh orang-orang lama. Semoga usaha kecil ini, dapat memberikan sedikit ruang kepada dunia puisi Malaysia di dalam dunia internet. Kepada yang berminat untuk mendapatkan buku Antologi Balada Pyanhabib, sila klik di link ini Balada Pyanhabib.
Sajak-sajak patriotisme lain yang ditulis oleh Allahyarham Dato' Usman Awang juga anda boleh dapatkan di link ini
Assalamualaikum, singgah dan follow di sini. Jom ke blog saya.
BalasPadamTahniah! Satu usaha yang bagus.
Waalaikummussalam..terima kasih atas kunjungan. Usaha tuan juga memartabatkan dunia puisi sangat hebat!
PadamTahniah!
Thanks ayu..harap segmen yg ayu buat akan terus suksessss!
BalasPadamAssalamualaikum dan salam perkenalan..
BalasPadamblogger kelate datang ziarah sambil follow...
Assalamualaikum dan salam perkenalan..
BalasPadamblogger kelate datang ziarah sambil follow...
Waalaikummussalam..Terima kasih blogger Kelate..nanti blogger N9 buat ziarah susulan :)
Padamterima kasih mai singgah kat blog ni..nanti cek buat lawatan sempena merdeka ok :)
BalasPadamSalam dari segmen yang sama :) Jemput juga ^^ Nad
BalasPadamSalam Nad..Insyaallah malam ambang merdeka ni ziarah kembali :)
PadamThanks Nenot menyinggah di blog hamba ni :)
BalasPadamThank very much 4 d person who created this webpage.....it is very useful 4 me!!!!!
BalasPadamLOL.....LOL....ROFL
BalasPadamI don’t know how should I give you thanks! I am totally stunned by your article. You saved my time. Thanks a million for sharing this article.
BalasPadamI like your approach on the topic. Your article is as interesting as your previous writings. Keep up the good work, thanks a lot.
BalasPadamSelam admin guzel konular ve guzel site basarilarin devamini bekleriz tanks
BalasPadam
BalasPadamNice Post. All readers will definitely like this post. Looking forward to your next post.
Mencari sajak utk brosur merdeka sek..tetiba jmpa ni..hehe
BalasPadamSyabbbbas wan krn mmbbtu scr tk sengaja..kikiki
assalamualaikum saya mencari sajak kemerdekaan...terima kasih kerana share
BalasPadamTerharuš„
BalasPadam